Friday, March 24, 2023
Home Layanan Budaya Mesir Kuno Ubah Jasad Jadi Mumi Bukan untuk Diawetkan

Mesir Kuno Ubah Jasad Jadi Mumi Bukan untuk Diawetkan

Media Indo Pos,Jakarta – Mengawetkan jenazah kerap disangka sebagai tujuan orang Mesir kuno mengubah jasad orang yang meninggal menjadi mumi. Padahal, mereka melakukannya untuk tujuan lain.

Peneliti dari University of Manchester’s Manchester Museum, Inggris menyoroti kesalahpahaman umum itu sebagai bagian dari persiapan pameran yang disebut “Mumi Emas Mesir” yang dibuka awal tahun depan.

Pameran museum itu mengungkapkan teknik penguburan mumifikasi sebenarnya adalah cara membimbing mendiang menuju keilahian, bukan untuk mengawetkan jenazah. Pemahaman baru tentang tujuan mumifikasi ini pada dasarnya menjungkirbalikkan banyak hal yang diajarkan kepada sebagian besar manusia tentang mumi.

Campbell Price, kurator museum Mesir dan Sudan mengatakan kesalahpahaman ini berkembang begitu lama. Price mengatakan gagasan ide yang dipimpin Barat itu dimulai dengan para peneliti era Victoria, yang salah menentukan orang Mesir kuno mengawetkan mayat mereka dengan cara yang sama seperti mengawetkan ikan. Hal itu lantaran penggunaan garam pada proses mumifikasi.

“Idenya adalah Anda mengawetkan ikan untuk dimakan di masa mendatang. Jadi, mereka beranggapan bahwa apa yang dilakukan pada tubuh manusia sama dengan perlakuan terhadap ikan,” kata Price dikutip dari Live Science.

Namun, zat asin yang digunakan oleh orang Mesir kuno berbeda dengan garam yang digunakan untuk mengawetkan tangkapan ikan. Orang Mesir Kuno mrnggunakan zat bernama natron.

Natron dikenal sebagai mineral alami, campuran natrium karbonat, natrium klorida, dan natrium sulfat. Kandungan itu berlimpah di sekitar dasar danau dekat Sungai Nil dan berfungsi sebagai bahan utama dalam mumifikasi.

“Kita juga tahu bahwa natron digunakan dalam ritual kuil [dan diterapkan pada] patung dewa. Itu digunakan untuk pembersihan,” kata dia.

Price mengatakan bahan lain yang biasa diasosiasikan dengan mumi adalah dupa, yang juga berfungsi sebagai hadiah untuk para dewa. “Lihatlah kemenyan ada dalam kisah Kristen tentang Yesus dan merupakan hadiah dari tiga orang bijak,” kata Price.

Dalam sejarah Mesir kuno, Price telah menemukan kemenyan dan dupa juga merupakan hadiah yang pantas untuk dewa. Bahkan kata dupa dalam bahasa Mesir kuno adalah senetjer dan secara harfiah berarti ‘teruntuk ilahi.’ Ketika membakar dupa di kuil, hal itu terbilang tepat karena kuil merupakan rumah dewa dan membuat ruang menjadi sakral.

Tapi ketika Anda menggunakan resin dupa pada tubuh, Anda membuat tubuh dan menjadi makhluk yang saleh. “Anda belum tentu melestarikannya.”

Ahli Mesir Kuno juga percaya mendiang akan butuh tubuh mereka di akhirat, yang menambah kepercayaan pada kesalahpahaman tentang mumifikasi. “Itu tidak membantu bahwa ada obsesi biomedis yang lahir dari gagasan era Victoria tentang membutuhkan tubuh Anda lengkap di akhirat,” kata Price.

Dikutip dari The Guardian, banyak Arkeolog kerap menemukan mumi ditempatkan dengan sarkofagus (kuburan batu) yang menunjukkan rupa jenazah.

“Dalam bahasa Inggris, topeng adalah sesuatu yang mengaburkan identitas Anda; potret mengungkapkan identitas. Objek, panel, dan masker memberikan gambaran ideal pada bentuk ilahi,” kata Price.

Sebagai bagian dari pameran, museum akan menampilkan sejumlah topeng penguburan, potret panel, dan sarkofagus yang terkait dengan penguburan Mesir kuno, menawarkan bukti lebih lanjut tentang niat asli mumifikasi.

‘Golden Mummies of Egypt’ akan dipamerkan di Museum Manchester mulai 18 Februari 2023. Museum ini juga telah menerbitkan sebuah buku dengan judul yang sama ditulis oleh Price untuk mengiringi pameran mendatang.(Red)

Sumber: CNNIndonesia


close






Oh hi there 👋
It’s nice to meet you.

Sign up to receive awesome content in your inbox, every month.

We don’t spam! Read our privacy policy for more info.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments